Our Feeds

Rabu, 07 Januari 2015

Dedi E Kusmayadi Soerialaga

10 Racun Penggugur Keimanan Kita

    Tidak ada komentar:

Sebuah kenikmatan yang tak terhingga ketika kita dilahirkan dari rahim seorang Ibu yang beragama Islam dan memiliki seorang Bapak yang muslim. Karena modal dari kedua orang tua kita itu, hingga saat ini kita masih menjadi seorang muslim sejati. Ya, sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap anak Adam yang lahir di muka bumi ini secara fitrah (naluri jiwanya) akan condong kepada Islam yang lurus. Artinya walaupun ada seorang bayi yang lahir dari rahim Ibu yang non muslim, namun secara fitrah dia tetap dalam keadaan Islam. Yang menjadikannya tidak beragama Islam adalah kedua orangtuanya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam:


مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ 
“Tidaklah setiap anak Adam yang lahir kecuali dia dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari Muslim).

Mungkin di antara kita ada yang mulai memeluk agama Islam ini setelah menginjak dewasa, itu pun harus disyukuri sebab tidak ada agama di muka bumi yang diridhai oleh Allah kecuali hanya agama Islam, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19).

Namun setelah kita menjadi seorang muslim, tidak serta merta kita bebas tanpa aturan, di dalam agama yang kita cintai ini ada syari`at yang diturunkan Allah kepada NabiNya untuk menjadi pedoman hidup kita, agar kita tetap menjaga jati diri kita sebagai seorang muslim sejati dengan Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam, bukan sekedar identitas agama dalam KTP kita.

Oleh karenanya kita perlu mengetahui beberapa racun yang dapat merusak keislaman kita, karena racun tersebut bisa menjadikan seseorang murtad (keluar dari Islam) walaupun di KTPnya masih tertulis status Islam sebagai agamanya. Di antara racun tersebut adalah:
   

1. Berbuat syirik (menyekutukan) Allah Ta`ala

Gambaran dari perbuatan syirik ini adalah: beribadah kepada selain Allah saja, beribadah kepada Allah tetapi juga beribadah kepada selain Allah, atau mengaku muslim tetapi sama sekali tidak beribadah kepada Allah. Semuanya dikategorikan sebagai perbuatan syirik kepada Allah dan hukumnya haram, bahkan bisa menjadikan orang tersebut murtad. Hal ini didasarkan pada firman Allah ta`ala yang artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48).

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72).

Ancaman orang yang melakukan perbuatan syirik adalah neraka dan diharamkan baginya surga. Sungguh Allah tidak ridha ada hamba yang berani menyekutukanNya.

Di antara contoh perbuatan syirik itu adalah; meminta-minta dan berdoa kepada orang mati, menyembelih dengan tujuan dan niat untuk selain Allah, membikin sesaji untuk bebatuan atau pepohonan, dan masih banyak contoh-contoh yang lain.

   
2. Menjadikan sesuatu sebagai perantara antara kita dan Allah

Allah Mahadekat dengan hambaNya, tidak membutuhkan perantara untuk sampai ke hadapanNya, dan mengabulkan permintaan kapan saja hamba mengetuk pintuNya. Allah berfirman yang artinya:

“Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat, Aku akan kabulkan doa orang yang berdoa saat ia berdoa kepadaKu. Maka hendaknya mereka memohon ijabah dan beriman kepadaKu, pasti mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 186).

Untuk itu tuntunan dalam agama Islam, ketika kita meminta dan berdoa, maka hendaknya langsung berdoa dan meminta kepada Allah, tidak perlu perantara. Rasulullah shalallahu`alaihi wa sallam pernah bersabda:


إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ

 
“Jika kamu ingin meminta, mintalah langsung kepada Allah.” (HR. Tirmidzi, hasan).

Hanya ada 3 hal yang bisa kita jadikan perantara dalam berdoa:

Nama-nama Allah yang mulia
Amal-amal shalih
Doa orang shalih yang masih hidup

      
3. Ragu terhadap kemusyrikan orang yang jelas-jelas melakukan kesyirikan

Perbuatan syirik merupakan perbuatan terlarang, pelakunya pun diharamkan masuk surga sebagaimana nash Al Quran. Tentu tidak pantas kita ragu untuk mengatakan syirik kepada orang-orang yang jelas-jelas berbuat syirik kepada Allah Ta`ala, yang sangat berbahaya lagi jika kita ragu akan kesyirikannya, maka berarti kita ragu akan keimanan kita dan ini dapat menyebabkan kita terjerumus dalam kekufuran.

    
4. Meyakini bahwa ajaran yang dibawa oleh selain Nabi Muhammad shalallahu `alaihi wa sallam lebih baik.

Hal ini dapat menyebabkan orang yang berkeyakinan tersebut kufur dan keluar dari agama Islam. Karena sikap ini menandakan bahwa ia tidak percaya dengan wahyu. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Dan tiadalah yang diucapkan (Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya, tiadalah itu kecuali wahyu yang diturunkan (untuknya).” (QS. An-Najm: 3-4).

Selain itu keyakinan ini bertentangan dengan konsekwensi syahadat risalah (persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Oleh karenanya Allah berfirman:

“Tidak! Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perselisihan mereka kemudian mereka tidak mendapatkan dalam hati mereka rasa kesal terhadap putusanmu, lalu mereka pun menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisa: 65).

     
5. Membenci meski sebagian kecil syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu `alaihi wa sallam walaupun dia mengamalkannya.

Termasuk dalam hal ini adalah berpendapat bahwa syariat Islam tidak relevan untuk zaman ini, pendapat ini sesat lagi menyesatkan. Allah Ta`ala berfirman yang artinya:

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka membenci apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).

   
6. Menyepelekan dan menghina meski sebagian kecil dari syariat agama ini.

Poin ini mencakup sikap bermain-main dan menghina dalam masalah pahala ataupun adzab. Allah Ta`ala berfirman yang artinya:

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat, dan RasulNya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. AtTaubah: 65-66).

     
7. Melakukan praktek sihir.

Perbuatan ini merupakan dosa besar yang diharamkan dalam agama Islam. Karena praktik ini pasti dengan meminta bantuan kepada syetan, bukan kepada Allah Ta`ala. Termasuk dalam sihir ini adalah datang ke dukun, paranormal, dan meramal nasib dengan bintang-bintang. Allah Ta`ala berfirman yang artinya:

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu melakukan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak melakukan sihir), hanya syetan-syetan lah yang kafir (melakukan sihir), mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS. Al Baqarah: 102).

     
8. Menolong dan bekerjasama dengan orang-orang kafir untuk merendahkan dan memerangi kaum muslimin.

Islam mengajarkan agar kita memusuhi orang-orang kafir dan bekerjasama dengan kaum muslimin, bukan sebaliknya. Allah Ta`ala berfirman yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51).

   
 9. Meyakini bahwa ada orang yang diperbolehkan keluar dari syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Tidak ada pengecualian dalam kewajiban menjalankan syariat agama. Sehingga tidak dibenarkan jika dengan alasan tingginya maqam seseorang atau tingkat kewaliannya ia tidak perlu syariat lagi. Siapa yang lebih bertakwa daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Siapa pula yang lebih tinggi kewaliannya daripada para shahabat? Meski demikian tidak diketahui bahwa mereka meninggalkan syariat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّار 

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, tidaklah seseorang mendengar tenang aku dari umat ini baik Yahudi maupun Nasrani, kemudian ia mati dan belum beriman kepada apa yang aku bawa kecuali ia termasuk dari penghuni neraka.” (HR. Muslim).

    
10. Menolak syariat agama Islam, baik dengan tidak mau mempelajarinya ataupun tidak mau mengamalkannya.

Hal ini termasuk racun keislaman yang menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Allah berfirman yang artinya:

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As Sajdah: 22).

Dengan mengetahui sepuluh racun di atas, semoga kita bisa berhati-hati dalam menjalini hidup ini, dan tetap berusaha menjadi muslim sejati sesuai dengan tuntunan Al Quran dan hadits nabawi.

Previous
Next Post »