Agama ini merupakan hasil budaya manusia. Sesungguhnya manusia itu
dilahirkan dengan fitroh beragama, ia ingin beribadat, tetapi karena
pelbagai jalan penyimpangan, tumbuhlah suatu kepercayaan yang melahirkan
suatu peribadatan tersendiri dan adakalanya karena dilahirkan oleh
orang berpengaruh, ajarannya itu berkembang lalu dibukukan menjadi
sebuah kitab pegangan. Biasanya kitab itu berupa kumpulan mitos,
nasihat, sifat-sifat ketuhanan dan sebagainya.
Kitab itu biasanya ditulis kemudian setelah Sang Guru meninggal dan
si penulis tidak mencantumkan namanya, maka ada juga sebagian
kitab-kitab agama Thabi’i itu, ditulis sendiri oleh Sang Guru.
Contoh-contoh Kitab-kitab agama thabi’i :
Veda, Tripitaka, Zendaavesta, dsb.
Ada kemungkinan pula agama kultur berkitab itu semula tumbuh dri agama Wahyu (Samawi), lalu karena bid’ah-bid’ah (parasit, benalu) yang kian banyak, menyebabkan agama itu berubahlah, kian lama kian jauh juga.
Ahli Sejarah Perkembangan Agama membagi agama kultur itu menjadi tiga tingkatan
A. Agama Primitif
Manusia Neanderthal pun yang diperkirakan hidup diantara
50.000 – 30.000 SM setelah mengenal upacara penguburan, ritus-ritus
lainnya dan menunjukkan adanya kepercayaan tentang akhirat.
Manusia purba ini yang bermukim di Shanindar Kurdistan telah mengenal cara menaburkan bunga di kuburan lalu sebangsanya yang mendiami Libanon telah mengenal sihir untuk berburu.
Agama primitif lahir karena dorongan fitroh manusia sendiri, tetapi
karena otaknya itu belum mampu untuk memecahkan persoalan aneh yang
merangsang alam fikirannya itu, timbulah perwujudan angan-angannya itu,
berupa mitos yang melahirkan pula ritus-ritus tertentu.
Macam-macam Agama Primitif:
1. Animisme
2. Dinamisme
3. Totemisme
B. Agama Madya (pertengahan)
Agama ini kebanyakan bersifat Pantheisme, Politheisme, atau
Monotheisme yang tidak murni. Agama Madya ada kemungkinan berasal dari
perkembangan Agama Primitif atau kemungkinan pula sebagian berasal dari
Agama Wahyu yang telah jauh menyimpang. Pada umumnya, Agama Madya sudah
mempunyai kitab pegangan dan ritus-ritus yang teratur.
C. Agama Filsafat
Agama ini lahir dari filsafat seseorang yang diagamakan, seperti ajaran Fitagoras yang akhirnya menjelma menjadi semacam agama yang memegang teguh Theosophie (Teosofi).
Seorang filosof melukiskan tentang kekuasaan Tuhan Maha Pengatur,
seorang murid filosof itu mencoba beribadat kepada Maha Pengatur itu
dengan kebijaksanaan sendiri.
Sebagian ajaran filsafat itu menjurus pada mistik tetapi membawakan dalih-dalih yang menyerupai ilmiah.
Ada pula agama atau kepercayaan yang menamakan diri “Penganut Agama Damai” untuk mengambil sari pati setiap agama. Ada agama buatan yang sengaja dibentuk untuk kepentingan suatu golongan. Ada aliran Sikh yang bersari pati ajaran Hindu dan Sufi, ada agama Baha’i yang didirikan oleh Abdul Baha di bawah bayang-bayang Masuniyah Yahudi (Freemasonry), untuk mempersatukan seluruh agama.
Ada Ahmadiyah yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad, membuat Islam tandingan, mengaku: menerima wahyu, penjelmaan Khrisna, ‘Isa, Mahdi dan Nabi akhir zaman. Dibuatnya buku-buku seperti Anjam Atham, Hakikatil Wahyu, dsb yang berupa wahyu buatan, diduga erat kaitannya dengan Masuniyah Yahudi (Freemasonry).
======================================
Sumber: Parasit Aqidah, Selintas Perkembangan dan
Sisa-sisa Agama Kultur (Serta pengaruhnya terhadap umat Islam di
Indonesia), A.D. El Marzdedeq, Dim. Av.