Bagaimana kita menghadapi upaya pelemahan dan peruntuhan yang tengah dan telah berkembang terus? Menangkal Ghazwul Fikri adalah intinya.
Makna dan Sejarah Ghazwul Fikri
Ghazwul Fikri (Perang pemikiran)
Pengertian Ghazwul Fikri secara istilah : upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah untuk meracuni pikiran umat Islam agar jauh dari Islamnya, kemudian membenci Islam, dan pada akhirnya menghabiskan Islam sampai ke akar-akarnya.
Ghazwul Fikri dilakukan dengan sistematis, diracuni dulu pemikirannya, dan target akhirnya adalah bagaimana Islam hilang di muka bumi.
Fenomena ini kapan mulainya?
Sejak yang namanya manusia ada di muka bumi, yaitu dimana saat nabi Adam diberikan GF sedemikian rupa, nabi Adam diracuni pikirannya dan iblis mengacaukan pikiran nabi Adam, yang dampaknya adalah dilemparnya nabi Adam dan Hawa dari surga.
Q.S. Al ‘araf ayat 20 : “Kemudian syetan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (syetan) berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal di dalam surga.””
Ayat ini menyatakan, bahwa iblis menghasut pemikiran nabi dengan mengadakan pembenaran-pembenaran yang meracuni pemikiran nabi. Iblis membuat nabi mengedepankan akalnya, dan tidak memegang lagi “sami’na wa atha’na“. Iblis menghasut agar “Sami’na wa’ashaina” : kami dengar dan kami langgar (kami melawannya). Naudzubillah.
Kita lihat bagaimana orang-orang Yahudi yang dilarang memancing pada hari Sabtu, mereka memang tidak memancing dihari Sabtu, tapi mereka memasang jarring-jaring di hari Jumat dan mengambil di hari Ahad. Mereka tidak memahami maksud perintah Allah melarang memancing di hari sabtu. Allah memerintahkan 1 hari khusus untuk ibadah dulu, namun mereka hanya memahami secara tertulis.
Begitupun nabi Adam, iblis berhasil memengaruhi nabi adam, dan nabi Adam hanya beranggapan, “toh aku dengan memakan ini hanya membuat aku tidak bisa menjadi malaikat...”
Inilah racun, racun yang masuk ke dalam pikiran kita. Kita lihat para pejabat, yang racun telah memasuki pikirannya, korupsi, di mana-mana korupsi, “toh tidak apa2 saya korupsi, yang lain juga kok”
Kita lihat fenomena sekarang. Dulu hubungan di luar nikah sangatlah tabu. Namun sekarang pikiran masyarakat sudah teracuni, masyarakat dan bahkan kaum muslimin menjejalkan bahwa tidak apa-apa hubungan di luar nikah, bahkan peraturanpun teracuni, ini menandakan umat Islam semakin terjauhkan dari Islam.
Untuk apa mereka melakukan ghazwul fikri pada kita?
Tujuan Ghazwul Fikri
Q.S. At taubah ayat 32 :
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukainya”
Q.S. As Shaf ayat 8 :
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir membencinya”
Q.S. Al Baqoroh ayat 120 :
“Tidak akan ridho kaum Yahudi dan nasrani sampai kalian mengikuti MILLAH mereka”
Allah tidak mengatakan “Tidak akan ridho kaum Yahudi dan nasrani sampai kalian mengikuti AGAMA mereka”
Tapi Allah sampaikan “millah“, kita mengikuti nilai-nilai, cara pikir, perilaku, tingkah laku mereka. Umat Islam tidak harus pindah agama, namun cukup terwarnai pikirannya oleh mereka. Nilai-nilai, perkataan, perbuatan, perilaku, cara pandang, gaya hidup umat Islam mengikuti mereka, inilah tujuan mereka, inilah yang mereka mau.
“Barangsiapa yang terwarnai oleh suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut” (hadits)
Maka jika lifestyle, perilaku, perkataan, perbuatan, kebiasaan, mengikuti dan mirip dengan mereka, maka termasuk bagian dari kaum mereka.
Q.s. Al Baqarah ayat 217 :
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu kepada kekafiran, seandainya mereka sanggup…”
Mungkin status masih Islam, tapi identitas Islam tidak lagi ada di diri Umat Islam, naudzhubillah.
“Barangsiapa yang murtad dari agama kalian…”
Said Hawa menafsirkan, murtad disini bukan berarti keluar dari Islam, namun perilaku tidak lagi berperilaku islam.
Dalam Q.S. Al Maidah ayat 54, Allah menjajikan barangsiapa yang murtad dari perilaku Islam, maka Allah akan mengganti kalian dengan kaum yang baru.
Siapa kaum yang baru itu?
Karakternya adalah :
- Mereka adalah kaum yang mencintai Allah dan Allah mencintai mereka.
- Mereka mencintai sesama kaum mukminin
- Izzah terhadap orang-orang kafir
Jadi mereka saling berkasih sayang dengan sesama muslim dan tegas terhadap orang kafir. Tegas!!! Jangan dibalik-balik.
Said Hasan Al Banna : bagaimana sesama muslim akan terbangun ukhuwah dan hubungan kasih sayang? Paling tidak di sesama muslim ada kelapangan dada, ada husnudzhon. Tidak boleh sesama muslim suudzhon,
Jika yang ada curiga, maka jangan bicara masalah ukhuwah.
Paling rendah levelnya adalah husnudzan (berprasangka baik, berlapang dada), dan paling tinggi adalah itsar (mendahulukan kepentingan saudaranya dibanding kepentingan pribadi).
Tegas bukan berarti kita main sabet dengan mereka (kafir –red), tegas adalah terutama dalam AQIDAH.
Kita di adat Jawa, terlalu tepo seliro,.. mereka umat kafir sangat respect ke kita, bahkan mereka sering mengingatkan kita “apa gak sholat dulu”, namun orang Muslim kadang segan untuk meninggalkan pertemuan. Padahal mereka sudah dipersilahkan….
Begitupun kadang saat jamuan, mereka menyediakan babi dan minuman, dan orang muslim kadang tidak tegas dalam hal ini.
Lanjutan karakter kaum pengganti :
- Berjihad di jalan Allah
- Tidak ada rasa takut, tidak ada rasa cemas. Dalam berjihad itu dia terus maju, dia tau mungkin dalam berjihad ia akan diancam tidak akan naik karir atau akan dipecat, dan ujung-ujungnya kehidupan mereka akan terancam. Inilah yang disebut dengan aqidah, aqidah yang harus kita mantapkan. Urusan rejeki bukan lah urusan bos kita, urusan rejeki bukan lah urusan mereka yang menggaji kita. Aqidah rububiyyah inilah yang harus tertanam dan tertancap dalam diri kita, kita yakin Allah sebagai Rabb, Allah yang menciptakan, memelihara dan memiliki kita. Allah lah yang memberi rezeki kepada kita.
Ada aqidah Mulkiyyah (di surat alfatihah)
Ada akidah uluhiyyah (di surat Annas)
Aqidah tertinggi inilah yang Allah letakkan dalam 2 kalimat syahadat.
Rezeki anak adam adalah urusanKu : kata Allah.
Selain jodoh, maut, maka rejeki adalah urusan Allah.
Tegas : mengatakan yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil, ia mau menyampaikan walaupun ke pemimpinnya. Mereka meyakini benar aqidah yang benar.
Mereka meyakini bahwa rezeki adalah urusan Allah.
Bagaimana Ghazwul Fikri ini terus dilakukan?
Hal-hal fundamental seperti inilah yang berusaha dikikis oleh mereka sampai tidak ada lagi dalam diri umat islam.
KTP boleh tertulis Islam, namun tidak ada nilai Islam dalam dirinya.
Target Ghazwul Fikri
1. Pendangkalan aqidah hingga pemurtadan : tidak perlu keluar dari islam, cukup perilakunya saja. Bahkan Allah menjanjikan akan menghabiskan suatu kaum dan menggantinya dengan kaum yang baru. Bisa dengan gempa, tanah longsong, banjir, Allah habiskan suatu kaum, sangat mudah bagi Allah untuk menggantikan kaum-kaum yang murtad. Kita harus introspeksi, jangan-jangan kita sudah berprilaku non Islam, jangan-jangan saya sudah murtad
2. Menumbuhkan keraguan terhadap ajaran Islam.
Menghembuskan hukum waris laki-laki dan perempuan, mereka mulai diragukan, mengatakan islam tidak adil. Mereka juga meragukan hak asasi manusia, kenapa Islam memberlakukan hukum qishash, hukum potong tangan, dan mereka terus menghembuskan isu-isu islam. Dan membuat umat islam ragu dengan Islam, ragu dengan ayat-ayat Allah. Padahal ilmu umat Islam yang masih rapuh dan belum kokoh, astaghfirullah.
3. Menciptakan sekulerisme
Bahwa kriteria sukses bukan lagi dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke surga, namun mereka memengaruhi bahwa sukses adalah dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, jabatan dan gelar yang panjang.
Pertanyaannya, apakah kriteria ini ada di kaum muslimin?
Jawabannya : ya
Apakah gelar-gelar profesor, kekayaan dan jabatan yang tinggi bisa menyelamatkan dari api neraka? Bahkan nauzdhubillah, jika ini yang menyeret ke dalam api neraka.
Islam menegaskan, Islam tidak anti dengan jabatan, Islam tidak anti dengan kekayaan, bahkan umat Islam diperintahkan untuk mengupayakan hal tersebut. Namun tidak berhenti sampai disitu, bagaimana agar jabatan, harta, kekayaan tersebut mengantarkan kita pada kedekatan kita padaNya.
ALLAH akan tanyakan, untuk apa kekayaan itu, apakah jabatan sudah digunakan untuk amar ma’ruf nahi mungkar.
Karya-karya besar lahir dari ide-ide besar.
Ide-ide besar hanya lahir dari orang yang berjiwa besar.
Orang tidak akan lahir besar tanpa ide-ide besar, pemikiran-pemikiran besar. Mereka sadar bahwa umat Islam punya jiwa besar. Mereka takut umat Islam yang punya jiwa besar, punya pemikiran-pemikiran dan ide besar. Dari ide-ide besar lahir karya-karya besar. Karya-karya besar ini yang akan membuat umat Islam memimpin khilafah di muka bumi.
Inilah yang mereka takutkan, saat Islam memimpin dan menguasai dunia, mereka tidak bisa lagi bebas melakukan sex, bebas tanpa pakaian dengan dalih seni, mereka membuat lukisan-lukisan tidak layak dilihat, dan mereka ingin umat Islam sebagai penikmat.
Kisah Kesebelasan tim bola : tim ini selalu menang setiap pertandingan, namun pada tahun ini tim mereka kalah, dan setelah ditelusuri mereka pada malamnya menonton film2 yang dilarang. Secara fisik mereka lemah keesokan harinya, dan secara moral pemikiran mereka teracuni, #efekGF
4. Menumbuhkan Islamphobia
Tidak selayaknya kita mencurigai saudara-saudara kita, namun sekarang sebaliknya, kaum muslimin sendiri takut pada kaum muslimin, kenapa?
Karena kereka memberi stempel bahwa mereka Islam radikal, mereka islam ini dan itu.
Contoh : kaum muslimin yang berusaha amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yang salah, kita harus tetap husnuzdhon kepada mereka, namun disisi lain kita perlu komunikasikan lagi “how to, mekanisme nya” yang benar.
Belanda bisa jadi sudah hengkang dari Indonesia, tapi kulturnya, ekonominya, dan sebagainya masih tinggal di Indonesia. Ingat!!! Murtad tidak harus keluar dari Islam, tapi perilakunya yang tidak Islam, ini sudah bisa disebut murtad.
Mekanisme Ghazwul Fikri
1. Fasilitas beasiswa studi ke LN : bukan berarti kita tidak boleh ambil, tapi kita harus waspada.
Tidak hanya beasiswa S2 dan S3, namun kursus-kursus, summer school 1 bulan, 3 bulan, mereka undang tokoh-tokoh strategis Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan, mereka undang untuk dicuci otaknya, biasanya di Belanda dan di Jerman. Kita harus hati-hati, kita harus sadar. Dan tidak sedikit pula S2 dan S3 yang mereka cuci otaknya, apalagi yang bidang-bidang sosial, yang berhubungan psikologi, humaniora. Bahkan yang eksak juga tidak sedikit yang mereka cuci otaknya. Contohnya mereka menyalahkan umat muslim atas banyaknya jumlah kelahiran yang menyebabkan miskinnya negara-negara muslim. Mereka gencar mengkampanyekan, bahwa banyak anak akan menjadi miskin, tanpa kita sadari kita telah dicuci oleh mereka.
Matematika kita : misal pendapatan 1 juta untuk anak. Jika punya 2 anak, secara matematika kita, masing-masing bisa kebagian 500rb. Namun jika punya 10 anak, maka masing-masing hanya kebagian 100 ribu, ini matematika kita.
Beda dengan matematika Allah. 2 anak Allah kasih rejeki 1 juta, mungkin rejeki anak ke 5 adalah 100 juta, mungkin rejeki anak ke 8 adalah 1 millyar. Kita tidak tahu, ini rahasia.
Jadi, urusan rejeki jangan gunakan kalkulasi manusia, jangan gunakan logika kita, tapi gunakan kalkulasi Allah.
Inilah yang telah merusak pikiran kita.
Tidak sedikit orang-orang Indonesia, profesor yang seteah kembali ke Indonesia, ia lebih mengedepankan akalnya, logika nya dibanding ayat-ayat Allah, nauzdubillah.
Ia tidak lagi “sami’na wa atha’na” namun “sami’na wa ashaina“.
Setelah mereka PHd, dapat gelar doktor, mereka berpikirnya aneh-aneh, bahkan tidak mau lagi sholat dan berani menafsirkan Alquran dan hadits seenaknya (secara bebas).
Mereka bahkan menafsirkan 1 ayat dengan pemikiran mereka dan mereka meyakini dengan 1 ayat ini bahwa mereka bisa masuk surga. Padahal kita diperintahkan menafsirkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadits, dan jika tidak ada, tafsirkan ayat dengan ijma’. Bukan menafsirkan ayat dengan logika.
2. brain washing via media cetak/ elektronik, buku, pendidikan formal/nonformal dll
3. Isu gender
4. Kriteria hidup sukses
5. Karya seni
6. Olahraga
7. Pergaulan (dan sex) bebas
8. Dll
Dan yang parah adalah yang menjadi korban Ghozwul Fikri adalah tokoh-tokoh, intelek, pemuda-pemuda berpengaruh. Mereka memanggil pemuda-pemuda intelek kita dan dipengaruhi pemikirannya, dan dicuci otaknya, setelah itu menyebarkan nilai-nilai mereka. Kita harus hati-hati dan wasapada dengan GF yang menyelinap di antara program-program yang mereka tawarkan.
Sekali lagi, kita tidak boleh anti, namun kita harus waspada.
Kita lihat, olahraga mana yang tidak mempertontonkan aurat?
Tidak ada.
Tadi demi seni aurat dibuka-buka, sekarang demi olahraga aurat dibuka-buka. Tanpa kita sadari, kita olahraga pakai celana pendek, bahkan anak kita olahraga pakai celana pendek, tanpa kita sadari GF telah masuk rumah kita, bahkan mungkin anda sendiri korban GF
Bagaimana mengatasinya?
“Berjihadlah melawan orang-orang musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” (Hr Ahmad, Abu Dawud, dan AnNasa’i)
Lisan bisa dengan bicara, bisa dengan tulisan.
Termasuk harta adalah waktu kita, tenaga kita, tidak hanya harta. Harta kita adalah kompetensi yang kita miliki, maka berjihadlah dengan apapun yang kita miliki.
Kita punya pemikiran-pemikiran, ide-ide, ilmu-ilmu, maka berikanlah ilmu itu untuk berjihad.
Jihad = meninggikan kalimat Allah.
Kita lah yang akan meninggikan kalimat-kalimat Allah.
Bagaimana kita mempersiapkan diri?
Q.S. Ali imron ayat 130-136
Kisah ini berangkaian dengan kisah perang uhud, bekal perang adalah ini, tidak cukup persiapan perang perlangkapan senjata saja, namun perlu persiapan moral
Ayat 130 :
Riba (Jangan memakan riba, lihatlah setiap yang kita makan. Jangan bicara bersih hati jika kita masih memakan harta riba), mencuri, khamar, dll.
Definisi ta’kuli tidak hanya “memakan” tapi juga “menggunakan / memakai” baik itu mobil yang kita gunakan, pakaian yang kita pakai, rumah yang kita tempati, dll.
Ayat 132 :
Tentu saja dalam rangka menaati Allah dan Rasulnya
Taat itu bukan membabi buta, tapi taat kritis, kritis juga bukan sekedar kritis, tapi kritis dalam bingkai ketaatan. Karena kritis yang tidak dibingkai ketaatan, bisa kebablasan.
Ayat 133 :
Senantiasa beristighfar kepada Allah, karena kita tidak tertutup kemungkinan melakukan kesalahan, terutama dosa-dosa kecil.
Ayat 134 :
Siapa kah mereka yang Muhsin?
Jika seolah-olah kita melihat Allah, maka tidak mungkin seseorang melanggar.
Muhsin adalah seolah-olah Allah memonitor kita, oleh karena itu kita tidak bisa seenaknya, sebebasnya berperilaku.
Bagaimana untuk menjadi orang muhsin? Ia harus terbiasa berinfak, ternyata, orang yang punya kelembutan hati, orang yang pemaaf, lunak hatinya, tidak bisa tumbuh begitu saja. Kata Allah, diawali dengan kita harus ringan tangan dalam berinfak baik dalam keadaan sulit maupun lapang, sulit dan lapang bukan keadaan harta saja. Tapi sulit dan lapang hati.
Misalnya orang berhutang.
Orang yang menjanjikan akan bayar hutang dalam tempo waktu tertentu, namun ternyata molor dan molor. ‘Ala kulli hal, urusan janji adalah urusan mereka dengan Allah, kita sedang diuji dengan kesabaran, kelapangan hati, kita meminjamkan ia, dan berlapang dada, tidak kapok.
Ada 3 ciri muhsin :
1. Senang berinfak
2. Lembut hatinya
3. Pemaaf
Ayat 135 :
Faahisyah : sesorang yang melakukan dosa.
Masih ada kemungkinan untuk faahisyah bagi orang-orang yang muhsin, tidak ada jaminan, karna syetan terus berupaya menggoda dan menggelincirkan. Nauzdhubillah.
Namun solusinya : Allah ingatkan, ia harus kembali pada Allah dan beristighfar. Dan ia bertekad tidak mengulangi lagi pekerjaan faahisyah dan zhalim yang ia kerjakan.
Jangankan kita, mereka yang sudah ulama sekalipun tidak ada jaminan, karna mereka syetan dan timnya senantiasa melakukan Ghazwul Fikri.
Semoga kita terhindar dari perangkap-perangkap Ghazwul fikri, aamiin yaa rabb